Sabtu, 25 Agustus 2018

THERE'S SOMETHING (FLASH FICTION)





There's Something

“Kamu akan terus seperti ini?”  Kia melirik tajam seseorang di sampingnya. Ia merasa bersalah melihat laki-laki di sampingnya tampak menyedihkan.

“Rey,” kali ini wanita berambut ikal sebahu itu meraih lengan laki-laki yang tengah menunduk tanpa mengeluarkan sepatah kata. Sejak kedatangannya, Rey tak mengatakan apa pun. Laki-laki itu hanya mengempaskan bokongnya dan mendengus kasar. Kia memohon untuk bertemu, tetapi Rey tetap terdiam walau mereka sudah duduk hampir satu jam.

“Aku tidak berpikir untuk menyalahkannya, hanya saja …” Rey menengadahkan kepalanya menatap langit malam yang tampak lebih suram. Hembusan napas kasar ia keluarkan tanpa sadar. Kini ia mulai bersuara setelah membuat mereka berada dalam suasana kaku. “Aku tetap berpikir bahwa dia pergi karena aku.”

Kia mengigiti bibir bawahnya. Airmatanya nyaris menggenang. Kia menyadari nada suara Rey yang sumbang. Tenggorokan laki-laki itu tersendat. Kia yakin Rey datang menemuinya dengan penuh keberanian. Laki-laki itu telah lama menangis.

“Tidak,” lirih Kia. Gadis itu semakin mengeratkan lingkaran tangannya di lengan Rey. “Kamu salah paham, Rey.”

Rey mulai berpaling. Laki-laki itu menatap wajah Kia dengan pandangan bertanya.

“Bukan, maksudku … barangkali aku yang salah paham. Aku salah paham dengan perasaan yang aku miliki untuk kamu.”

“Apa maksudmu?” Rey bertanya tanpa nada memaksa. Rey tidak mau peduli dengan alasan apa pun. Rey sudah tahu jawabannya, gadis itu pergi karena dirinya.

“Aku akan menceritakan kisah lama yang membuatnya tak mau bertemu kamu lagi. Kalau setelah ini kamu masih menyayanginya dan mau memaafkan, aku akan memberitahumu sekarang dia ada di mana.”

Rey tercengang, ia bahkan tidak bisa menutup mulutnya seperti orang bodoh. Gadis di sampingnya perlahan melepas genggaman tangannya. Kia bercerita sembari sesegukan. Kalimatnya terpotong-potong sehingga Rey harus lebih membuka lebar pendengarannya.

“Maafkan aku, Rey,” lirih Kia. Wajahnya sembab, matanya memerah. Rey hanya mendenguskan desah napas pendek.

“Aku tidak bermaksud menceritakan kebohongan tentang hubungan kita. Mulanya aku hanya ingin Tere menjauh dari kamu. Aku hanya ingin Tere membencimu hingga kamu bisa menjadi milikku. Tere tidak berniat meninggalkanmu, Rey. Ini salahku!” Kia menatap Rey dengan perasaan cemas. Sejak awal memang salahnya. Rey dan Tere terlalu serasi, Kia iri melihatnya. Semenjak Rey mencintai Tere, hubungan mereka tidak seindah dulu. Walau hanya sebagai sepasang sahabat semenjak kanak-kanak, Kia merasa bahagia meski harus memendam perasaan sukanya terhadap Rey yang tiba-tiba memuncak. Kia terpaksa mengambil langkah licik untuk memisahkan Rey dari Tere.

“Salahmu?” Rey balas memandang Kia dengan mata menggenang. Rey tak menyangka akan mendengar cerita konyol yang seharusnya Kia ceritakan setengah tahun yang lalu. Rey tidak menduga Kia akan tega membiarkannya hidup dalam banyak penyesalan beberapa bulan ini. Rey bahkan mengutuk wanita yang dicintainya saat wanita itu meninggalkannya dengan kejam. Wanita itu pergi bersama laki-laki lain lantas memandang rendah dirinya bahwa dirinya tidak pantas di samping Tere. Rupanya semua itu hanya drama belaka.

“Bukan salahmu,” Rey menatap Kia merasa kasihan, “Ini salahku, Ki. Salahku yang tidak bisa tegas dengan sikapku. Aku yang membuatmu salah paham karena perhatianku.”

Rey tidak mungkin memarahi wanita di sampingnya setelah wanita itu berani jujur tentang kebohongannya. Rey justru merasa bersalah. “Di mana dia sekarang?”
              
                       ***


*Tulisan ini diikutsertakan dalam Flash Fiction Competition Blog Kata Reffi